
Jakarta (14/02/2023) – Institut PTIQ Jakarta kembali mengadakan Internasional Seminar, dengan tema Cross-Cultural Study: Japanese Women and Their Public Role, dengan Pembicara Prof. Nurchasanah Satomi Ogata; dan Pembicara Utamanya langsung dari Rektor I PTIQ Jakarta; Prof. Dr. Nasarudin Umar. MA.
Seminar ini digelar secara offline, bertempat di Auditorium Lt.2 Institut PTIQ Jakarta. Seminar ini diisi oleh Prof. Satomi dengan gaya bercerita, katanya biar lebih santai.
Diawal cerita beliau, peserta seminar dikagetkan dengan realita Jepang yang sesungguhnya. Dari Kultur, Ekonomi, Politik, Sosial, Ilmu Pengetahuan, Karakter dan sebagainya. Betul-betul tidak disangka bahwa ternyata Jepang yang dikenal sebagai negara berteknologi tinggi, namun di sana minim ilmu pengetahuan, apalagi dari sisi ekonomi yang tidak melambung naik akan tetapi ekonominya hanya mendatar atau bahkan menurun. Begitu juga dari segi Kultur, Sosial, Politik, Ilmu Pengetahuan, dan sebagainya.
Beliau juga mengatakan kalau penduduk Islam di Jepang terbilang cukup banyak, namun pengetahuan Islam di sana sangat minim. Sehingga ketika Islam pelan-pelan dikenalkan oleh cendikiawan muslim, mereka kaget ternyata Islam tidak seperti yang mereka bayangkan selama ini, apalagi dari kalangan muslimahnya. Dan dari pengalaman beliau juga, ternyata menjadi perempuan muslimah di Jepang itu sangat sulit, dibandingkan dengan menjadi perempuan muslimah di Indonesia.
Yang sangat disalutkan dari beliau ialah sejak tahun 2019 beliau memperjuangkan sertifikasi halal-haram di Jepang, khususnya di berbagai restoran atau pun rumah makan. Namun, terkadang kurang diminati restoran atau rumah makan yang sudah memiliki label halal. Hal tersebut dikarenakan sedikit demi sedikit unsur babinya dikembalikan, lebih mahalnya dibandingkan rumah makan lainnya, dan juga karena minoritasnya umat Islam.
Sepanjang beliau bercerita, kami dipahamkan bahwa ternyata hidup di Jepang itu sangat sulit. Karena budaya, politik, dan sosial di sana tidak seimbang untuk memenuhi sumber daya manusianya.
Dan di sesi tanya jawab, muncul pertanyaan; Apa kesan beliau mengenai perbedaan di Indonesia dan di Jepang ?. Jawabannya; Perempuan di Indonesia itu banyak karakternya, sehingga tidak bisa dijadikan satu jawaban. Sedangkan perempuan di jepang itu karakternya rata-rata sama semua.
Penulis: Syahrul Ramadhan Hidayat